IMG-20211011-WA0209-3b2068ed
Kabar Wirausaha

Pelukis Mampu Mengobarkan Semangat Patriotisme dan Nasionalisme Bangsa Melalui Karyanya

Reporter Lambertus.ST

Buleleng Bali- Seniman memiliki peran efektif menumbuhkan semangat patriotisme dan nasionalisme bangsa melalui karya seni lukis. Dicontohkan sebuah karya lukis terpampang dikediamannya Bung Karno ( Presiden Pertama Negara Indonesia ) yang sedang bersujud ( sungkem ) ke Ibunda Beliau Nyoman Rai Srimben, yang berasal dari kawasan Bale Agung, Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali proses awal lukisan tersebut bulan Juni 2020.

” Jangan kaget ya atau bertanya- tanya kok lama baru bisa selesai ujar Yosef Sutrisno yang akrab dipanggil Trisno diawal perbincangan dengan wartawan GLOBEIndonesia.com. Senin 11/10/2021.

“Melukis tokoh besar atau pahlawan nasional tidaklah mudah. Perlu mempelajari sejarahnya, membaca buku- buku dan sangat bagus jika bisa mendapat masukan dari keluarga tokoh yang akan dilukis imbuh Yosef.

Seperti lukisan Bung Karno dari awal hingga proses selesai saya menggali dari mas Made Hardika, senior saya dibidang lukisan yang juga keponakan dari Bung Karno.”

“Seperti zaman perjuangan dulu, pelukis-pelukis mampu mengobarkan semangat rakyat melalui karya-karyanya,” kata Yosef

Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, para seniman memiliki kedekatan khusus dengan presiden, sebab dipandang efektif menciptakan karya yang mampu menumbuhkan semangat perjuangan rakyat ungkap Yosef.

“Karena bagi mereka (seniman) dulu, kemerdekaan betul-betul bagai rasa emas,”Lukisan atau karya seni lainnya merupakan sarana penyampaian ide yang paling mudah diserap masyarakat. Melalui karya seni pula, pemaknaan kembali sejarah Indonesia dapat mudah tersampaikan. “Karena karya seni dapat menjadi simbol yang menggambarkan semangat perjuangan,” ucapnya.

Ia menyayangkan, saat ini seniman-seniman khususnya yang bergelut di bidang lukis, enggan mengangkat tema perjuangan nasional sebab tema tersebut telah dianggap kuno. “Seharusnya meski kuno, semangat perjuangan tetap disampaikan kepada masyarakat,” terangnya.

Bukan terfokus pada pencitraan situasi perjuangan melawan penjajah, namun juga dapat berupa kritik membangun terhadap peristiwa kontemporer baik di bidang politik, ekonomi, maupun hukum..”Kalau sekarang orang melukis situasi gerilya dipandang lucu dan kuno,” pungkasnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *