IMG-20230617-WA0084
Kabar Healthcare

Gerakan Satu Hati IDI Jepara Selesai, Pemantauan Balita Stunting dilanjutkan Puskesmas

JEPARA – Gerakan Satu Hati Ikatan Dokter Indonesia (IDI), resmi ditutup. Gerakan entaskan balita stunting ini sudah dimulai sejak 9 November – hingga 9 Mei 2023, atau selama enam bulan. Kini, estafet atau pemantauan balita stunting yang menjadi binaan IDI, dilanjutkan oleh Puskesmas yang disasar gerakan satu hati. 

Penyerahan estafet pemantauan balita stunting dari Ketua IDI Cabang Jepara dr. Edwin Tohaga, diserahkan kepada Puskesmas Bangsri 1 dr Umi Widi Hastuti. Hadir pula Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Moh Ali, dan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Jepara Arif Darwawan.  

Ketua IDI Cabang Jepara dr. Edwin Tohaga mengatakan, selama enam bulan IDI melakukan intervensi kepada balita stunting yang berada di wilayah Kecamatan Bangsri. Ada sekitar 17 anak yang diintervensi. Selama enam bulan, mereka didampingi untuk mendapatkan pendidikan dan asupan gizi yang seimbang. 

Sasaran intervensi adalah anak usia maksimal 23 bulan dengan stunting berjumlah 17 anak. Adapun rinciannya sebagai berikut, 11 anak dari Desa Bangsri, 2 anak desa Banjaran, 3 anak desa Banjar Agung dan 1 anak dari Desa Kedung Leper. 

“Selama enam bulan secara intensif kami mengirim makanan tambahan Rp15.000 X 30 hari X 6 bulan kepada mereka. Harapannya, mereka terbebas dari stunting,” katanya. 

dr. Edwin mengatakan, berdasarkan evaluasi oleh tim terdapat peningkatan status gizi BB/TB dari status gizi buruk menjadi status gizi kurang 52,9 persen, serta terdapat perbaikan hasil Height for Age Z-score (HAZ) dan Weight for Age Z-score (WAZ). Untuk itu, upaya intervensi ini harus terus dilakukan. 

Dalam kesempatan tersebut Edwin menyarankan, setelah kegiatan Gerakan Satu Hati, perlu dilakukan monitoring dan evaluasi berkelanjutan terhadap anak dengan stunting di wilayah kerja Puskesmas Bangsri dan wilayah puskesmas lainnya. Juga perlu dikembangkan perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah tangga risiko untuk menghindari risiko anak menjadi sakit.

Res : Bangyos75

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *