Belajar dari Petani Tempoe Dulu: Baja Tani Bali Bertekad Membangun Ketahanan Pangan di Bali
Bali- Kehidupan sebagai petani yang berhasil diawali dengan kesabaran, lalu didukung tekat yang kuat, menjaga kualitas hasil produksi.
Para pendahulu kita yang bekerja sebagai Petani jaman “Tempoe Doloe “belum mengenal sistem pertanian dengan teknologi modern sepeti saat ini.
Mereka tidak mengenal tracktor, tidak mengenal pupuk hasil pabrik yang didominasi berbahan unsur- unsur kimia. Pada jaman tersebut, Indonesia dikenal sebagai sebuah negara agraris dan sistem pertanian sebagian besar bergantung kepada alam dan kearifan lokal.
Penggunaan pupuk kandang juga dari daun- daun kering yang jatuh berserakan di bawah pohon.
Bali memiliki berbagai keunikan , tak terkecuali kegiatan pertanian seperti memulai membuat benih, menanam pohon ada aturan waktu yang baik yang tercantum atau dapat dilihat dari kalender Bali ( penanggalan Bali ).
Pada Kalender tersebut ada keterangan hari yang baik atau dalam istilah Bali disebut dewasa ayu. Disitu tercantum juga hari raya bagi umat Hindu. Luar biasa para leluhur Bali , sudah menghasilkan sebuah kalender yang hingga saat ini masih ada dan berlaku.
Dewasa ini, sudah menjadi hal lazim problematika harga pupuk dari pabrik pupuk sering dirasakan mahal oleh para Petani juga sering terjadi kelangkaan.
Menyikapi kondisi demikian tidak sedikit petani yang kembali kepada tradisi Petani jaman dulu. Menggunakan limbah kotoran hewan ( seperti Sapi, Kerbau, Kambing), mengolah daun – daun menjadi pupuk, istilahnya pupuk organik, kompos daun, pupuk kandang.
Hasil penelusuran Penulis di Desa Belatungan, Kecamatan Pupuan, kabupaten Tabanan, 23 Oktober 2021 berdasarkan wawancara dengan I Made Suma Ada warga Desa setempat disampaikan bahwa pertanian dengan memanfaatkan pupuk berasal dari kotoran hewan dan daun – daun bisa membuat tanah menjadi subur, unsur hara meningkat yang sangat dibutuhkan oleh tanaman kopi, seperti Kopi jenis Robusta yang dibudidayakannya ujar I Made Suma Ada.
Beliau yang juga sebagai pemilik usaha pabrik bubuk kopi skala rumahan ( home industri ) mengatakan: ” Pemupukan atau pertanian organik bIsa menghemat biaya, bahan pupuk dari hasil peternakan sendiri, daun+daun yang jatuh maupun rumput liar. Saat panen mengunakan sistim petik merah, maka kualitas biji kopi bisa menembus pasar internasional” tutur Made bersemangat.
Disampaikan juga.perbandingan berat biji kopi setelah panen atau dikenal dengan istilah basah dan diolah menjadi biji kopi yang siap diproses menjadi bubuk kopi ( istilah biji kopi kering) adalah 10 Kwintal basah menjadi 4 Kwintal kering.
Dijelaskan pula, Kami mengolah biji kopi hingga siap diproses menjadi bubuk kopi, dengan memakai kembali cara tradisional dengan kontrol yang ketat demi menjaga kualitas, aroma yang menggoda, kata Made sambil menunjukkan produksinya,” Kopi Mesari”.
Beliau yang juga anggota Baja Tani Bali berharap para Petani khususnya di Bali, bisa mengolah tanaman dengan pertanian organik yang dipelopori oleh organisasi Baja Tani Bali, yang Dewan Pembinanya DR I Gusti Ngurah Rai Sutanegara, M.H.
Senada dengan I Made Suma Ada, Ketua Baja Tani Bali, Nyoman Heriartana, S.Sos menyampaikan pada rapat Baja Tani Bali, Minggu 24 Oktober 2021 bertempat di Mini Agro Kediri, kabupaten Tabanan , menyampaikan bahwa ” Baja Tani Bali” sangat mendorong para petani bisa melaksanakan budi daya tanaman dengan pola pertanian organik demi permulian tanah dan hasil produksi bisa lebih bagus, Selin itu harga jual yang menguntungkan petani dan biasanya pasar luar negeri cenderung lebih menerima hasil produksi pertanian organik , ” ujar Nyoman Heriartana yang sangat getol ” blusukan” demi memperkenalkan dan membangun Baja Tani Bali , agar Bali memiliki ketahanan pangan.
Ditempat dan kesempatan yang sama, pemilik Mini Agro Kediri : Ir I Made Wijaya Kusuma, MAP ,C.ATMI, C NNLP, CH , menyampaikan bahwa Sangat perlu edukasi bagi para Petani, orientasi pada kebutuhan pasar Global, penerapan teknologi pasca panen. Membangun pertanian dari Desa itu perlu. Potensi pertanian, perkebunan, peternakan didata dan ditata sehingga ada pemetaan yang jelas , ada road map terkait pengembangan pertanian yang berkesinambungan.
Tercapainnya kehidupan pertanian yang ajeg, lestari dan bisa meningkatkan kesejahteraan para Petani di Bali , ” ujar Made Wijaya Kusuma , beliau juga pemilik OASE Internasional Curse & Education yang berlokasi di Banjar Anyar, kecamatan Kediri, kabupaten Tabanan Bali.
Terkait Pertanian Organik, Senin 25 Oktober 2021, Penulis menyambangi Wayan Indrawan , Anggota Komisi II DPRD kabupaten Buleleng di kediaman Beliau, di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng.
Terkait pertanian organik Beliau menyampaikan bahwa ” Mengenal pertanian organik sedang dilakukan pembicaraan – pembicaraan agar ada Peraturan Daerah ( PERDA ).
Pola pertanian organik sangat terkait dengan upaya tata kelola sampah, pelestarian lingkungan hidup. Contohnya tanaman Eceng Gondok di Danau Buyan, yang dulu sangat banyak , menjadi persoalan bertahun – tahun, kini hampir tidak ada.
Masyarakat setempat bergotong royong membersihkannya. Enceng gondok diolah dengan cara sederhana dijadikan pupuk organik dan dijual, ” tutur Indrawan Jes sapaan akrab Beliau, yang saat Pemilu 2019 meraih suara terbanyak di Dapil Buleleng VI kecamatan Sukasada dari Fraksi Partai PDI perjuangan, “Pungkasnya.
Penulis
Lambertus Theo , S. Sos.