Bhineka Tunggal Ika Hanya Sebatas Simbol
Kabar Pariwisata

Bhineka Tunggal Ika Hanya Sebatas Simbol, Apabila Kita Tidak Memahami Dan Mengamalkan Trilogi Toleransi

Webinar Kebangsaan Agama Cinta, edisi kedua bertemakan: “BHINNEKA TUNGGAL IKA Hanya Sebatas Simbol Apabila Kita Tidak Memahami dan Mengamalkan TRILOGI TOLERANSI”, dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Agust 2020, pukul 13.45 berakhir 17.15 WIB, menggunakan aplikasi Meeting Virtual Zoom.

Acara diawali Pengantar Diskusi oleh Gus Sholeh Mz Ketum JPK (Jamaah Pengajian Kebangsaan), Keynote Speaker Didiek S Wiyono Rais Syuriah PCI NU United Kingdom Inggris dan Pengelola Sanggar Kahuripan Solo.

Adapun para Narasumber pada webinar ini adalah: 1.Sudarto, S.Ag, MA Program Manager PUSAKA Foundation. 2.Drs Harkiman Racheman, MA Tokoh Buddhis, Dosen & Mantan Ketua STAB Bodhi Dharma Medan, Pengurus SANTALA (Barisan Pencinta Pancasila). 3.Drs Ampuh Devayan, Budayawan dan Pengamat Sosial Politik Aceh. 4.Habib Ja’far Shodiq bin Yahya, Sufi Musafir 5.I Gede Raka Subawa, ST, MM, CPA, CPI. Wakil Ketua Parisadha Hindu Dharma Indonesia Provinsi Banten dan Koordinator Regional Pulau Jawa Forum Alumni Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia. 6.Pendeta Andreas Benaya Rehiary,Wakil Gembala GBI ROCK Niaga Cibodas Tangerang Banten. Adapun yang bertindak sebagai Moderator Noor Hikmatul Ulya, S.Pd.I PC Fatayat NU Kudus Jawa Tengah.

Beberapa resume para narasumber diantaranya sebagai berikut:

Habib Ja’far Shodiq mengenalkan sekilas tentang Agama Cinta ; Dalam khazanah agama manapun tersirat dan tersurat bahwa Tuhan itu Maha Cinta Maha Rahmat.
Maka otomatis semua agama, apapun namanya pada hakekatnya mengajarkan bagaimana kita mencintai sang Maha Cinta dengan mencintai segenap manifestasiNya berupa makhluq sesama manusia dan tanah air sebagai ranjang asmara kita bermesra dengan sang Maha Mesra. Maka KITA ini adalah sebuah Keluarga Cinta Tanah Air.

Maka visi agama cinta adalah mencintai sang Maha Cinta dengan mencintai apa dan siapa yang dicintai sang Maha Cinta.
Misi agama cinta adalah menebarkan cinta dengan berfikir, berkata dan bergerak atas nama cinta. Maka tak ada dalam kamus agama cinta pemisahan aku dan kamu, kami dan kalian. Tak ada aku, tak ada kamu yang ada adalah KITA yang bersatu padu.
Dalam filosofi Nusantara dari kecil kita dididik untuk silih asih, silih asah dan silih asuh.

Budayawan Aceh Ampuh Devayan memberikan resume tentang Agama Cinta sebagai berikut:
Agama cinta seperti udara
Tidak pilih kasih dan ada bagi semua
Melewati batas-batas kebangsaan, ras, suku, dan agama
Hanya pencinta yang bisa menghirupnya
Mengerti makna paling dalam agamanya;
Mengenali Tuhan yg tidak punya agama
Karena Tuhan mencipta untuk mencintai semua
Bila Tuhan mencintai semuanya
Apa pula hak manusia untuk membenci sesamanya?

Ketika seorang gembala bicara sendiri,
“Ya Allah, di manakah Engkau?
Beri aku kesempatan melayani Engkau
Untuk “menyemir sepatu-Mu”
Menyisir rambut-Mu
Mencuci pakaian-Mu
Membenahi ranjang-Mu
Mencium tangan-Mu
Memijit kaki-Mu

Aku merindumu oh Tuhan
Tak cukupkah tangisan dan jeritanku selama ini?
Lalu Musa menegur si gembala “bodoh” itu
Siapa yang engkau rindukan?”
”Tuhanku, jawab gembala
Musa pun berang,
Kamu bukanlah seorang muslim
Kamu sudah kafir!
Kamu pikir Tuhan berwujud
sehingga dapat kau semiri sepatu-Nya atau kau cuci baju-Nya?
Si gembala mengenali Nabi Musa
“Wahai Nabi, engkau telah membakar jiwaku dengan api pertobatan.”
Sigembala mengoyak bajunya dan lari ke arah padang pasir.
Suara dari Arays bergemuruh
“Wahai Musa Engkau telah memisahkan Aku dari seorang pengabdi-Ku”.
“Ketahuilah bahwa yang paling tidak Ku-sukai adalah PERPISAHAN dan PERPECAHAN
Setiap orang memiliki cara sendiri untuk mengabdi
“Yang Aku perhatikan bukanlah kata-kata mereka, tapi jiwa mereka
Jiwa yang terbakar API CINTA
Yang kubutuhkan adalah cinta, bukan peraturan.
Cinta yang tidak mengenal doktrin.
Cinta yang berada diatas dogma.
Cinta yang melampaui segala macam peraturan.
Cinta yang tak bisa diagamakan
Agama lah yang harus diberi warna KASIH DAN DI-CINTAKAN !

Agama adalah cinta
Yang menghendaki orang berkenalan
Buka karena agama kita saling menjauh
Walau sampai kapanpun, cinta tidak mengenal agama.
Sebab Tuhan puncak cinta
Meski kita tidak pernah berdoa dalam satu bahasa yang sama,
tidak akan menginjakkan kaki di satu tempat ibadah yang sama
Namun, siapa yang tahu jika ternyata hati kita saling melempar dan menangkap satu bola yang sama: CINTA

Cinta seperti udara
tersembunyi di taman mawar
hingga suatu hari kegilaan mencarinya mengambil garpu taman dan menusuk-nusukkannya
Dan terus menusuk hingga terdengar tangis memilukan
Cinta keluar dari persembunyiannya sambil menutup wajah dengan tangan.
Di antara jari – jarinya mengalir darah
Mengucur dari kedua belah matanya.
Ambisi kegilaan untuk menemukan Cinta
Tapi telah melukainya.
“Apa yang telah kulakukan!” teriak kegilaan dengan rasa sesal.
“Aku telah membuatmu buta!
Bagaimana aku harus memperbaikinya?” Cinta menjawab, “Kau tak mungkin memperbaikinya
Bila kau bersedia melakukan sesuatu untukku, kau bisa menjadi penuntunku.
Sejak itu cinta menjadi buta,
namun dia bisa melihat dalam kegelapan, karena selalu didampingi oleh kegilaan

Cinta seperti udara
Dia hanya bisa dirasakan
“Ketika Allah telah selesai mencipta jagad raya dan seluruh makhluk, DIA menuliskan di atas puncak Arsy: “Kasih Sayangku (RahmatKu) mengalahkan kemurkaanKu”.

Bismallah Rahman rahim
Tuhan memperkenalkan diri Nya
menjadi pembuka bagi
ayat ayatkegembiraan
ayat kebahagiaan
ayat kerinduan
ayat cinta
Sang Rasul menawarkan jalan
jalan keselamatan,
jalan kedamaian
jalan penuh cinta
bukan jalan sesat dan kemurkaan

Aku memilih Islam karena keputusan Tuhan
Mereka memilih yang lain karena keputusan Tuhan
Dasar apa pula kamu membencinya

Resum dari narasumber Sudarto

1. Persenyawaan keragaman paham keagamaan yang disebut Bhinneka Tunggal Ika, itu memiliki sejarah panjang. Refleksi Empu Tantular tentang konflik dan perang agama dapat dilihat dari perang selama lebih dari 5 abad antara wangsa Saylendra sekitar tahun 682-1.300 M, mendorong gasan agama sipil “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa”

2. Kategorisasi opisitif biner bahwa kelompok agama paling berjasa atas merdekanya negeri ini, merupakan kategorisasi sewenang-wenang, sebab para pendiri bangsa ini jauh-jauh telah menyadari tentang keberagaman ideologi. Hos Cokroaminoto, Seokarno, Tan Malaka, menyadarkan kita bahwa fondasi yang melahirkan gagasan ke Indonesiaan itu ada ideologi agamaism, nasional dan Marxisme atau minimal sosialisme. Tiga ideologi besar itu sama-sama berkonstribusi.

3. Meskipun semua orang sependapat, titik temu/kalimatun sawa’ agama-agama adalah cinta, namun bagaimana ajaran tentang cinta dari agama itu bisa mengejawantah. Untuk bisa mengejawantahkan ajaran cinta di tengah keberagaman itulah kita butuh tata kelola keberagaman.

Termasuk menjawab kenapa toleransi kita cenderung menurun, tentunya terkait erat dengan pertanyaan bagaimana keberagaman kita dikelola oleh negara.

Kita sadar aktor toleransi itu banyak, namun pada saat yang sama, aktor intoleransi juga beragam. Ada kelompok-kelompok agama sekecil apapun kelompok itu, ada negara melalui produk perundangannya. Misal sudah tolerankah perunda-undangan kita dengan realitas keberagaman? Ada juga dari sektor bisnis dan lainnya.

4. Karakter dasar demokrasi itu keberagaman, kemajemukan, kebhinnekaaan dan pluralitas. Maka problem utama di negara demokrasi model apapun, termasuk demokrasi Pancasila adalah bagaimana mengelola keberagaman itu menurut prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan.

Last but not lease, beragama dan berbangsa di negara majemuk seperti indonesia ini tugas berat kita bukan bagaimana mengajak orang lain yg berbeda masuk surga yang kita imaginasikan, melainkan bagaimana kita mengajak yang liyan (the others) untuk berbicara, mengajak senyum dan saling menyapa.

Pendeta Andreas Benaya Rehiary dalam materinya menyampaikan sebagai berikut:

BAGAIMANA MENGIMPLEMENTASI TRILOGI KERUKUNAN TOLERANSI TERSEBUT ?

Kerangka berpikir : Apakah surga yang begitu penuh dengan damai dan cinta kasih harus di capai dengan kebencian, kecewa, amarah dll ?

1. KERUKUNAN INTERN UMAT BERAGAMA :

Semua agama yang di akui di bangsa memiliki nilai cinta kasih
Pemimpin umat wajib hidup dalam ajaran cinta kasih tersebut
Pemimpin umat bertanggungjawab mengajarkan, mengedukasi dan memastikan bahwa umat/ jamaah yang dia pimpin/ dia gembalakan menghidupi ajaran cinta kasih tersebut

2. KERUKUNAN/ TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA

MEMBANGUN BUDAYA 2S (SERING, SALING)
Sering melakukan pertemuan, sering melakukan acara perlombaan, pertandingan, sering melakukan acara makan² dst…!!
Saling melayani, saling menolong, saling membantu, saling memberi, saling mendoakan dst..

3. KERUKUNAN/ TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

Di butuhkan peran aktif dari pemerintah dalam memantau dan mengontrol situasi dan perkembangan kehidupan masyarakat mengenai ajaran-ajaran sampai kepada perkembangan ideologi yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 45 dengan melibatkan seluruh aparat penegak hukum yang ada

Acara Webinar ini dikuti oleh 67 peserta dan mendapatkan e-sertifkat dari panitia dengan diakhiri doa penutup yang dipimpin oleh Gus Sholeh Mz selaku pelaksana webinar.

[GSM]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *