IMG-20220614-WA0034-d7d22f88
Kabar Nasional

Karimunjawa: Krisis Sampah Plastik Jepara Tidak sedang baik-baik saja,Pemerintah Harus Segera Turun Tangan

JEPARA – Seorang aktivis pemerhati lingkungan menyelamatkan seekor penyu yang terjebak jaring diantara sampah di lautan perairan Karimunjawa. Peristiwa itu terjadi Minggu 12/6/2022, Saat Crew Bunga Jabe membawa tamu wisata tour laut (snorkeling dan diving)

Dia menuturkan ketika itu dia mengantarkan tamu untuk snorkeling & diving didekat pulau cilik, perairan Desa Kemujan Karimunjawa. Ketika perahu berada pada jarak 2 km dari pantai, mereka menemukan sampah mengambang di laut. Awalnya mereka berusaha menghindar.

Tapi melihat ada benda bergerak di antara tumpukan sampah, mereka kemudian mendekat. “Awalnya saya pikir ikan, kok gerak-gerak. Begitu mendekat ternyata itu penyu, kakinya gerak-gerak,” tutur Bang Jack”. 

 

Ternyata penyu tersebut terjebak sampah jaring. Melihat kondisi itu Bang Jack tergerak untuk melepas penyu sisik (Eretmochelys imbricata) tersebut. Dengan menggunakan pisau jaring – jaring dipotong dari tubuh penyu dan akhirnya bisa bebas.

 

“Kami senang sekali bisa bebaskan penyu itu, semoga tidak ada lagi yang buang sampah sembarangan ke laut,” ucap Bang Jack”

Menanggapi kejadian tersebut KAWALI Jepara memberikan penjelasan bahwa sejak diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 83 tentang Penanganan Sampah Laut, ada Lima strategi yang telah diterapkan dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) Penanganan Sampah Laut waktu itu yaitu gerakan nasional peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan, pengelolaan sampah yang bersumber dari darat, penanggulangan sampah di pesisir dan laut, mekanisme pendanaan, penguatan kelembagaan, pengawasan dan penegakan hukum, dan penelitian dan pengembangan.

Terkait dengan kejadian tersebut, Kawali Jepara akan melakukan estimasi dampak dari penerapan lima strategi tersebut di wilayah Jepara yaitu perubahan perilaku, pengurangan sampah dari darat, pengendalian sampah dari laut, serta pengurangan plastik sekali pakai dengan penggunaan materi biodegradable. 

 

Menurut Tri Hutomo Ketua Kawali Jepara, masalah sebenarnya dimulai bukan di laut, tetapi lebih jauh ke hulu. Seperti bagaimana industri memproduksi dan mendistribusikan produk plastik, bagaimana pengecer menggunakan plastik pada pembungkus kemasannya, dan bagaimana konsumen menangani sampah plastik yang dihasilkannya.

“Ini adalah cerita panjang dari plastik. Itulah mengapa kita perlu mengatasi masalah ini melalui pendekatan terpadu,” ungkap Ketua Kawali,” Senin, (13-06-2022).

Ia menegaskan, dampak pencemaran limbah plastik di laut sangat mengancam kehidupan spesies laut, pariwisata, industri perikanan, dan membahayakan kesehatan masyarakat secara khusus mensoroti yang terjadi di wilayah Jepara. Hal ini diakibatkan oleh pengelolaan sampah plastik yang tidak tepat di darat.

“Berbagai penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 80% sampah laut memang berasal dari daratan (atau kebocoran dari daratan),” paparnya.

Tri Hutomo memaparkan, berdasarkan data yang ada, di Indonesia terdapat sekitar 65% sampah darat yang masih belum terkelola dengan baik, sebagian dibuang ke TPA, dikubur, dibakar secara liar, dan sekitar 10% sampah plastik akhirnya berakhir di lingkungan. 

Untuk itu, Kawali Jepara sangat berharap Pemkab Jepara bersama Dinas atau Kementerian terkait mengadakan suatu kegiatan edukasi berkelanjutan dengan melibatkan semua elemen masyarkat dari hulu sampai ke hilir dan semua stakholder dalam penanganan sampah darat maupun laut. Pasalnya, acara tersebut adalah tempat penting untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan mencari upaya inovatif dan kolaboratif tentang bagaimana menangani masalah polusi plastik laut bersama-sama.

“Saya percaya kita semua memiliki pandangan yang sama tentang urgensi kerja kolaborasi antar-pemangku kepentingan untuk menyelesaikan masalah ini,” pungkasnya”.

 

Redaksi : Bang Yos

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *