images-3
Kabar Edukasi

Mengenal Teori Konstruktivisme Dalam Keterampilan Proses Sains

Perkembangan sains dan teknologi semakin pesat, sehingga membawa dampak yang baik dalam hal substansial kepada masyarakat. Ini menandakan bahwa Pendidikan dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks dalam menciptakan individu yang mampu menghadapi situasi yang beragam dalam kehidupan. Oleh karena itu, Pendidikan harus beradaptasi dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman untuk menciptakan individu yang siap menghadapi tantangan di masa depan, dengan salah satu fokus pengembangan yang penting adalah pembelajaran sains. Para ahli Pendidikan sains telah menekankan pentingnya memajukan Pendidikan sains dan teknologi dalam beberapa dekade terakhir.

Pembelajaran keterampilan sains membutuhkan keterampilan yang sesuai dengan prinsip-prinsipnya, seperti kemampuan dalam menyelesaikan masalah, berpikir secara kritis, berkomunikasi, berkolaborasi, dan literasi informasi. Ilmu sains berkaitan dengan penyelidikan tentang alam dan proses-proses yang terjadi di dalamnya. Pembelajaran keterampilan sains berfokus pada pendekatan sistematis untuk memahami fenomena alam, bukan hanya pada penguasaan pengetahuan tentang fakta, konsep, atau prinsip, tetapi juga pada proses penemuan yang terlibat. Dalam pembelajaran keterampilan sains, penekanannya adalah pada pengembangan kemampuan dalam menyelesaikan masalah, berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi, dan literasi informasi.

Ketika pembelajaran sains berhasil, kemampuan-kemampuan ini akan berkembang secara optimal. Pertumbuhan kompetensi dalam pembelajaran tergantung pada partisipasi aktif pembelajar sebagai agen dalam memperoleh pengetahuan. Guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa juga harus aktif terlibat dalam membangun pengetahuan di dalam pikiran mereka sendiri. Pendekatan pembelajaran ini mencerminkan konsep konstruktivisme. Dalam konteks pembelajaran, konstruktivisme mengacu pada pandangan bahwa individu membentuk pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman belajar mereka.

Hal ini menekankan bahwa pembentukan pengetahuan adalah hasil dari aktivitas mental individu yang didukung oleh pengalaman belajar mereka. Dengan demikian, pembelajaran dipahami sebagai suatu proses di mana individu secara aktif terlibat dalam memperoleh dan membentuk pengetahuan mereka sendiri, sesuai dengan cara mereka sendiri. Konstruktivisme adalah cara kita memahami pembelajaran, yaitu bagaimana kita belajar tentang dunia di sekitar kita. Ini berarti bahwa ketika kita belajar, kita sebenarnya sedang membangun pemahaman baru di dalam pikiran kita. Ketika kita menerima informasi baru, kita menggabungkannya dengan pengetahuan yang telah kita miliki sebelumnya.

Para pendukung konstruktivisme meyakini bahwa cara kita belajar dipengaruhi oleh konteks pembelajaran dan oleh pemikiran serta perasaan kita. Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan hanya ada dalam pikiran manusia dan tidak selalu harus sepenuhnya mencerminkan realitas dunia. Siswa secara aktif membangun model mental pribadi mereka tentang dunia berdasarkan persepsi mereka. Ketika mereka mengalami pengalaman baru, siswa terus memperbarui model mental mereka untuk mencerminkan informasi baru tersebut, yang membantu mereka membentuk penafsiran pribadi tentang realitas. Banyak yang keliru menganggap konstruktivisme sebagai suatu teori yang mewajibkan siswa untuk “menemukan kembali roda”. Namun, pada hakikatnya, Konstruktivisme menghargai serta mendorong rasa ingin tahu alami siswa terhadap dunia dan cara kerjanya. Siswa tidak diminta secara harfiah untuk menemukan kembali roda, melainkan mereka berusaha memahami prinsip dan manfaatnya. Dalam proses ini, siswa menggunakan pengetahuan dan pengalaman mereka dalam kehidupan nyata, mengembangkan hipotesis, menguji teori, dan menarik kesimpulan dari pengamatan mereka.

Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan konsep yang menjelaskan bagaimana individu membangun pemahaman mereka dari pengalaman belajar, yang bersifat khas bagi setiap orang. Konstruktivisme diartikan sebagai sebuah pemikiran baru dalam pembelajaran yang berubah dari cara lama, yaitu dari fokus pada tingkah laku ke pemikiran. Sebelumnya, kita lebih menitikberatkan pada apa yang bisa dilihat atau dikerjakan, tapi sekarang kita memikirkan bagaimana otak kita bekerja. Di sisi lain, teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan dunia sekitarnya. Jadi, bukan hanya diterima begitu saja, pengetahuan itu dibangun sedikit demi sedikit dari apa yang kita alami.

Perspektif konstruktivisme dalam Pembelajaran dan Pengajaran
Konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan tidak ada di luar pikiran kita, tidak bersifat mutlak, dan dibangun oleh individu melalui pengalaman. Pandangan konstruktivis tentang pembelajaran memiliki beberapa asumsi dasar dan prinsip, termasuk bahwa pembelajaran adalah proses aktif dan adaptif, terjadi dalam konteks tertentu, dan bahwa semua pengetahuan bersifat pribadi dan bervariasi antar individu. Dalam konstruktivisme, siswa dianggap sebagai konstruktor pengetahuan mereka sendiri. Pada teori ini pembelajaran dijelaskan sebagai proses di mana pelajar membuat gambaran dalam pikiran mereka sendiri dari pengetahuan dan menginterpretasi pengalaman pribadi mereka. Gambaran ini selalu bisa diubah dan terhubung dengan pengetahuan lain yang mereka miliki. Belajar dianggap sebagai proses aktif di mana pengalaman memiliki peran penting dalam memahami dan menafsirkan maknanya.
Pandangan ini tidak menyangkal keberadaan dunia nyata, namun mengakui bahwa realitas membatasi ide-ide yang kita miliki, serta menyadari bahwa pengetahuan setiap individu tentang dunia terbentuk oleh cara mereka menginterpretasikan pengalaman mereka. Perkembangan konsep terjadi melalui berbagai perspektif dan perubahan dalam cara individu menyusun gambaran tentang dunia, didorong oleh pengalaman mereka. Pendekatan konstruktivis menekankan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru yang menerapkan pendekatan ini harus merancang kurikulum mereka berdasarkan pengalaman siswa. Pendekatan pengajaran konstruktivis memfokuskan pada partisipasi aktif siswa dalam membangun pemahaman dan pengetahuan, dengan tujuan mendorong motivasi dan pemikiran kritis, serta mengembangkan kemampuan belajar mandiri. Konstruktivisme berdampak signifikan pada metode pengajaran.

Konstruktivisme dalam Keterampilan Proses Sains
Konstruktivisme menganggap pembelajaran sebagai proses yang aktif dan sosial, di mana siswa secara aktif membangun pemahaman mereka melalui pengalaman pribadi dan interaksi sosial. Pendekatan konstruktivis menekankan pentingnya siswa dalam mengajukan pertanyaan dan menggunakan strategi penyelidikan dalam pembelajaran. Ini menunjukkan bahwa teori konstruktivisme mendorong instruksi yang menekankan pada penyelidikan langsung untuk meningkatkan pemahaman konsep dengan membangun pada pengetahuan sebelumnya, melibatkan siswa secara aktif dalam materi pelajaran, dan menerapkan dalam situasi nyata, khususnya dalam pembelajaran sains. Pendekatan konstruktivis yang menekankan penemuan, eksperimen, dan penerapan pada masalah terbuka telah berhasil diterapkan dalam pengajaran sains.
Untuk mencapai keterampilan sains yang efektif, penting menggunakan pemahaman tentang sains sebagai dasar pengajaran, memberikan pengalaman yang menantang untuk menguji ide-ide tersebut, dan membimbing menuju pemahaman yang lebih mendalam. Pembelajaran sains yang menekankan pada proses pemecahan masalah ilmiah mengharuskan keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran, sehingga memerlukan pendekatan yang dapat mengarahkan mereka ke arah tersebut. Pendekatan konstruktivisme, yang menekankan bahwa siswa membangun pengetahuannya dari pengalaman, terbukti efektif dalam pembelajaran sains.
Pendekatan ini menempatkan perhatian utama pada siswa, minat mereka, cara belajar mereka, dan kebutuhan mereka dalam proses pembelajaran. Saat mengajar keterampilan sains dengan pendekatan ini, tujuannya adalah memberikan pemahaman tentang sains agar siswa tidak hanya memahami konsep dan prinsip sains, tetapi juga mengerti mengapa pengetahuan sains penting dalam kehidupan manusia secara umum. Pendekatan pembelajaran sains seperti ini tidak hanya mengenalkan materi pelajaran tertentu dalam sains, tetapi juga bertujuan untuk mengaitkannya dengan nilai-nilai dan manfaat ilmu pengetahuan bagi individu dan masyarakat. Oleh karena itu, konstruktivisme menjadi bagian dari gerakan luas dalam pendidikan sains yang bertujuan untuk membuat sains dapat diakses oleh semua orang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *