Pondok Pesantren Darussalam Kalibaru Banyuwangi, Santri Baru Dan Doa Masuk WC
Kabar Edukasi

Pondok Pesantren Darussalam Kalibaru Banyuwangi, Kisah Santri Baru Dan Doa Masuk Kamar Mandi

Oleh : Qusyairi Sumbermanggis ( Tulisan ini sebagian adalah fiksi, rekaan dan imajinasi belaka )

Terdapat santri baru, santri baru cinta sekali dengan Kyai Sehingga seluruh apa yang dilakukan Kyai, ia mampu meniru dengan sempurna, dari gaya bicara Kyai, cara beliau berjalan, ketika becanda, gaya marah Kyaipun mampu ditiru, bahkan gaya pidato KH Zainunddin MZ da’i sejuta umat, kala itu, tak luput di tiru pula.

Dan sudah menjadi tradisi ketika ada tetangga Pesantren yang meninggal dunia atau sekedar mendoakan anggota keluarga, santri Pesantren turut di undang oleh masyarakat lingkungan untuk sekedar turut mendo’akan dan berbaur bersama-sama dengan mesayarakat, tak luput dengan Santri Baru, juga turut dalam rombongan itu.

Sepakat Santri Senior mengerjain Santri Baru, saat pelaksanaannya Santri Baru, di daulat untuk memimpin tahlil.

“Monggo ustadz katuran”

di persilakanlah Santri Baru untuk memimpin.

Dengan muka memerah dan gugup langsung Santri Baru, menduduki tempat yang telah disediakan tuan rumah untuk memimpin tahlil.

Tanpa muqoddimah dan basa-basi Santri Baru memimpin kuur menyamakan suara.

“Afdloludzikri fa’lam annahu laa ilaa ha ilallah”

Di ulang nya tiga kali. Kemudian bacaan : “laa ilaa ha ilallah”

Full dibaca lebih dari tiga puluh menit tanpa bacaan yang lain, bersama para santri dan undangan.

Ketika dirasa sudah cukup, Santri Baru, bertepuk tangan satu kali dengan keras, tanda menghentikan bacaan, dan meredalah bacaan : “laa ilaa ha ilallah”

Kemudian, masih dengan agak gugup Santri Baru, melanjutkan dengan do’a penutup, pelan tapi jelas terdengar bacaan :

“allahumma inni a’udzubika minal khobaa’its wal khobaa’itsi

Di baca berulang-ulang dengan khusuk sambil memejamkan mata dan mengangkat tangan sedangkan para santri yang lain dan para undangan turut mengamini. itulah do’a yang terpampang dipintu masuk kamar mandi umum santri, sebelah barat dalem Kyai.

Ketika usai dan mau pulang, tuan rumah bertanya dengan sedikit berbisik;

“Ustadz kok tadi bacaanya hanya itu?”

Di jawabnya dengan percaya diri yang dipaksakan ;

“Ooohh … Itu bacaan yang paling utama”.

Dan tak lupa tuan rumah memberikan tiga besek tersendiri khusus pada Santri Baru.

Sambil memerintah Santri Senior :“Kang tolong dibawakan”

sambil menyodorkan tiga besek bingkisan dan jalan kaki, Santri Baru ganti mengerjai.

Sedangkan Santri Baru pulang di antar oleh keluarga tuan rumah naik motor.

Kabar terakhir, Santri Baru, menjadi da’i dan kyai muda di pulau Dewata Bali, dan sudah umroh berkali-kali.. Barokah Kyai, Santri Baru menjadi Kyai, di Pulau Dewata Bali.

Murobbina KHR. Syamsul Arifien Afifie, wa Alaa Alihi Wa Dzuriatihi lahum Al-Tihah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *